Dalam dunia penelitian jejak, banyak argumen yang mengemuka mengenai perubahan karakter jejak yang tercetak. Memang benar bahwa jejak kaki dapat memiliki ukuran yang bervariasi tergantung pada substrat tanah tempat jejak tersebut terbentuk. Bahkan, tapak kaki depan biasanya lebih lebar daripada tapak kaki belakang.
Berbagai jenis substrat tanah seperti pasir, debu, liat, humus, batu, lumpur, dan krikil, semuanya memengaruhi karakteristik jejak yang terbentuk. Selain itu, kondisi kelembaban tanah juga turut mempengaruhi jejak yang terbentuk, apakah jejak tersebut terjadi di tanah basah, kering, atau lembab.
Namun, hal yang ingin saya tekankan di sini adalah tajam atau landainya tebing list pada jejak yang tercetak. Jika tebing list tapak yang tercetak adalah tajam atau terjal, maka dapat dipastikan jejak tersebut mendekati ukuran yang sebenarnya. Sebaliknya, jika tebing list tapak jejak terlihat landai, maka ukuran jejak tersebut kemungkinan telah mengalami bias melebar.
Biasanya, jejak dengan tebing list yang landai terjadi pada substrat tanah berpasir atau tanah berdebu tebal. Jejak yang tercetak pada substrat tersebut seringkali kurang jelas dan terkadang sulit untuk dikenali pola utama tapaknya.
Berikut ini adalah berbagai tipe jejak harimau yang mencerminkan tebing terjal atau tajam, yang mendekati ukuran yang sebenarnya:
- Jejak harimau Sumatra (Sumsel 2014 ft: ddk)
- Plastercast TNMB 2004 (Jatim 2016 ft: ddk)
- Plastercast TNUK 2009 (Jabar 2017 ft: hil)
- Jejak harimau Sumatra 2013 (Sumsel 2014 ft: atp)
Untuk memastikan temuan tanda kehadiran memiliki makna, penting untuk menyertakan pembanding saat jejak yang terduga berasal dari harimau Jawa diabadikan. Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk mengamankan data jejak kaki adalah dengan:
- Mengambil foto dengan sudut pemotretan tegak lurus 90°, dengan pembanding yang jelas.
- Melakukan pencetakan dengan adonan bubuk gibs atau menggunakan resin, yang akan menghasilkan jejak kaki yang awet dan kuat.
Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut, kita dapat lebih akurat dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan tanda kehadiran dari berbagai spesies, termasuk harimau Jawa. Semoga informasi ini bermanfaat dalam upaya pelestarian satwa liar dan habitatnya. Salam Lestari.